Bantahan Teori Flat Earth: Matematika Angkasa dalam Narasi (Bag.6-Tamat)
Ini adalah artikel lanjutan | Baca laman sebelumnya
KIBLAT.NET – Teori Flat Earth kembali diperbincangkan oleh publik Indonesia (termasuk aktivis Islamnya) melalui forum-forum di dunia maya. Bahkan, video-video konspirasi bumi datar yang diunggah di Youtube jadi pembicaraan hangat di media sosial.
Tak tanggung-tanggung, pendukung teori Flat Earth menyuguhkan 10 argumen yang kesannya ilmiah untuk meyakinkan orang bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Alih-alih menyajikan eksperimen ilmiah, serial video tersebut malah kebanyakan menyuplik sumber dari google dan potongan adegan film yang mendukung teori konspirasi.
Untuk mendudukkan masalah ini, Kiblat.net akan menyajikan bantahan ilmiah terhadap teori Flat Earth yang ditulis oleh Muhammad Mahfuzh Huda. Pemuda asal Berau, Kalimantan Timur ini sedang menempuh gelar Master di bidang studi Simulasi Molekular (Kimia) di Okayama University, Jepang. Tulisan ini diambil dari blog pribadi yang dikelola Mahfuzh di alamat mystupidtheory.com dengan seizin dan sepengetahuan yang bersangkutan. Selamat membaca!!
Setelah melucuti teori Flat Earth ini hingga video kelima, aku sudah merasa kalau nggak ada lagi hal-hal yang ‘tricky’ yang harus aku pelajari seperti kenapa satelit tak terlihat padavideo kesatu, asal muasal minyak bumi pada video kedua,mitos gravitasi pada video ketiga, perhitungan jarak bumi-bulan pada video keempat dan terakhir Azimuthal Equidistance pada video kelima.
Tetapi, narasi video keenam membuat aku agak minder dan ragu untuk lanjut membahas atau enggak, karena di situ dikatakan bahwa: “Mari kita sama-sama buktikan utuk mencari kebenaran, meski kebenaran itu tak sesuai dengan kemauan kita. Pembuktian dengan angka matematika, bukan debat kusir berdasarkan opini dan persepsi.”
Dari situ aku ragu untuk menonton dan membahas video keenama, karena aku mengira pembuat video akan melakukan perhitungan menggunakan angka matematika. Kalau sampai dia menghitung jarak-jarak benda angkasa dengan persepsi bumi datar, maka aku harus belajar lagi perhitungan jarak matahari ke bumi berdasarkan letak venus, dan itu kerjaan banget. Belum lagi aku harus membuktikan manakah dari kedua angka tersebut yang benar. Bisa sakit kepala juga.
Ternyata dalam video di atas, narasi selanjutnya malah berbunyi seperti ini: “Silahkan hitung jarak, kecepatan, diameter bumi, bulan dan matahari, Apakah bisa menghasilkan siklus gerhana matahari 18 tahun 11 hari 8 jam seperti yang ditulis dalam situs NASA?”
Lah? Kok jadi kita yang harus menghitung?
Begini ya kawan-kawan.. Jangankan hitungan begitu, kalau saya bisa menentukan titik terjadinya gerhana aja, ya nggak usah nulis blog lagi saya, tapi sudah bisa masuk NASA atau minimal LAPAN. Tapi, mudah-mudahan tulisan penutup seri Teori Bumi Datar ini nggak akan mengecewakan. Aku akan coba memaparkan kalau satelit yang desainnya rapuh itu sangat bisa melaju dengan kecepatan 28.000 km/jam. Berbanding terbalik dengan apa yang dituturkan dalam video konspirasi itu.
Matematika Level Langit
Buat kalian yang masih belum tahu apa itu Siklus Saros, silahkan buka part 4 tentang Siklus Saros. Aku juga sudah memberikan perhitungan cara perhitungan jarak bulan yang dilakukan oleh Aristarchus dan cara NASA menghitungnya.
Perhitungan diameter, jarak dan kecepatan matahari, bumi dan bulan itu merupakan hal yang terpisah dari Siklus Saros. Siklus gerhana merupakan kombinasi pergerakan bulan, bumi dan matahari yang masing-masingnya memiliki percepatan gravitasi. Artinya, arah dan kecepatan gerak dan gaya dari ketiganya itu berubah di setiap waktu (Prinsip vektor – pelajaran Fisika SMA).
Pendekatan matematis paling memungkinkan untuk kasus ini ialah dengan kalkulus dan relativitas yang telah dikembangkan oleh Newton dan Einstein. Tetapi itupun tidak akan mendapatkan hitungan siklus gerhana bulan. Kenapa? Terlalu kompleks. Begini contohnya:
Kamu melihat ada seorang perempuan naik mobil, kamu tahu massa mobil, kamu tahu kecepatan maksimal mobil, kemudian kamu ditanya berapa hari sekali perempuan itu ke salon? Bisakah kamu menjawabnya? Kamu bahkan nggak tahu kemana arah mobilnya.
32 mil/ 51.5 km
Setelah 9 menit menonton video ini, secara ajaib angka 32 mil/ 51.5 km muncul di layar Youtube. Katanya, itu adalah pembuktian dengan angka matematika. Tapi tanpa ada operasi matematika tambah, kurang, bagi, langsung tau-tau muncul angka 32 mill. Ya sudah lah emang gitu ciri khas pembuat video ini, ilmunya udah tinggi banget.
Kalau benar angka ini dari trigonometri maka untuk menghitung jarak bulan-bumi harus ada tiga titik. Titik pertama bumi, kedua bulan, ketiganya apa?
Okelah kita terima saja angka ajaib 32 mil. Tapi sekarang kalau jarak bulan-bumi ialah 32 mil, aku mau tanya balik, bisa nggak buat menemukan Siklus Saros yang 18 tahun, 11 hari 8 jam? Atau yang lebih dasar saja, bisa nggak dipakai menghitung diameter bulan? Dengan asumsi kita sepakat kalau bulan itu bulat.
Auguste Piccard
Mudah-mudahan kalian percaya dengan aku, aku sudah cek sendiri nama Auguste Piccard di wikipedia. Dan memang benar Auguste Piccard mengatakan bahwa bumi itu sepertiflat disk. Tapi pasti ada yang aneh karena di video keenam, artikel di wikipedia itu dipotong hingga berukuran besar sekali. Yap. Setelah dicek langsung begini versi lengkapnya:
An article in Popular Science in August 1931 described their journey: “The story of their adventure surpasses fiction. During the ascent, the aluminum ball began to leak. They plugged it desperately with vaseline and cotton waste, stopping the leak. In the first half hour, the balloon shot upward nine miles. Through portholes, the observers saw the earth through copper-colored, then bluish, haze. It seemed a flat disk with upturned edge. At the ten mile level the sky appeared a deep, dark blue. With observations complete, the observers tried to descend, but couldn’t. While their oxygen tanks emptied, they floated aimlessly over Germany, Austria, and Italy. Cool evening air contracted the balloon’s gas and brought them down on a glacier near Ober-Gurgl, Austria, with one hour’s supply of oxygen to spare.”
Untuk memahami informasi selengkapnya silahkan diartikan seluruhnya, tetapi saya hanya akan mengambil point penting pada kalimat yang di beri huruf tebal dan digarisbawahi untuk menyingkat pembahasan saya.
Dalam eksplorasi ini, bola almunium mengalami kebocoran. Mereka menambalnya dengan vaseline dan sampah kapas untuk menghentikan kebocoran. Setelah 1.5 jam, balon alumunium telah melayang setinggi 9 mil. Melalui lubang port, pengamat melihat bumi dengan warna seperti tembaga, kemudian warna kabut kebiru-biruan. Itu seperti flat disk dengan bagian ujung melengkung.
Sekarang perhatikan pada ketinggian berapa pengamatan ini dilakukan? 9 mil. Jika kita konversi ke dalam kilometer, maka 14,5 km. Pesawat komersial, dapat terbang hingga ketinggian 12 km, hanya berbeda 2 km dengan apa yang dicapai oleh Auguste Piccard.
Sekarang, untuk kalian yang sudah pernah terbang dengan pesawat pasti juga melihat bumi seperti flat disk/piringan datar. Apa yang anda lihat dengan apa yang dilihat Auguste Piccard pada 1931 ini tidak akan berbeda jauh. Alasan kenapa dia melihat bentuknya seperti piringan datar ialah karena lokasi pengamatannya kurang tinggi. Bandingkan saja dengan satelit yang berada di LEO, yaitu 160 km. Sepuluh kali lebih jauh dari pengamatan Auguste Piccard.
Di wikipedia, dijelaskan bahwa hingga akhir hidupnya Auguste Piccard berhasil mengamati hingga Stratosfer pada ketinggian 23 km. Tetapi tidak ada catatan tentang apa yang dilihatnya dari sana.
Aku nggak ngurus iklan Hennessy yah. Kita bahas yang sains aja. Tapi sebagai pertimbangan sederhanya, jika yang ada pada iklan itu fakta, bahwa Auguste Piccard mencapai kubah firmament, maka berdasarkan pencapaian Piccard firmament itu sangat rendah, hanya 14,5 km. Kalau dibandingkan dengan pembahasanku sebelumnya, di part5 yaitu peristiwa HANE, maka ledakan HANE yang berada di ketinggian >22km itu seharusnya sudah menembus firmament ini.
Matematika Angkasa Dalam Narasi
Masih ingat bagimana video keenam ini diawali? Ya “angka matematika” kata kuncinya. Sayangnya, hingga menit ke-19, artinya hingga lebih dari setengah video ini ditayangkan tidak ada persamaan matematis ataupun perhitungan matematis yang dilakukan! Bahkan tidak ada perkalian, pembagian dan penjumlahan yang dilakukan. Yang ada malah tampilan iklan Hennessy Brandy (minuman keras).
Itulah yang mendasari aku memberikan judul Matematika Angkasa dalam Narasi. Bahkan pembuat video sempat menampilkan film-film sains fiksi dari yang lawas hingga yang terbaru. Apakah ini yang dimaksud dengan “Pembuktian dengan angka matematika”?
Kalau sebanyak itu koleksi sains fiksi yang ditonton, maka wajar saja kalau beranggapan bumi itu datar. Karena tidak akan ada waktu lagi untuk belajar matematika, fisika, kimia, kalkulus, aljabar linier, vektor, kuantum, termodinamika. Habis waktunya dipakai menonton fiksi. Kemudian ketika tidak mengerti tentang konsep sains, logika dan alam semesta, dituduhlah semua ilmuwan berbohong.
Rotasi Satelit Mengelilingi Bumi
Kemunculan cuplikan-cuplikan film di video keenam ini kukira akan mengakhiri serial konspirasi yang mengecewakan ini. Tetapi ternyata tidak juga. Akhirnya yang aku tunggu-tunggu muncul juga, perhitungan kecepatan satelit berdasarkan hukum gravitasi Newton, gitu katanya.
Walaupun sebenarnya ini cuma kopas rumus dan penjelasannya juga salah. Persamaan yang digunakan ini adalah derivasi persamaan Kepler untuk orbit lingkaran sempurna yang stabil menggunakan hukum gravitasi Newton. Jarak satelit yang tertulis 400kilometer itu salah, yang sebenarnya ialah 640kilometer, saya akan jelaskan tentang logika awal dan asal muasal perhitungan ini pada postingan tambahan berikutnya.
Munculnya gambar perhitungan ini diikuti dengan pertanyaan yang menarik.
“Dimana ada pesawat yang berjalan dengan kecepatan 28.000 km/jam? 23 kali kecepatan suara?”
Tidak ada!
Saya bisa mengerti kalau teman-teman setelah menonton video, maka secara logika akan mengatakan: “Wah.. Benar! Kalau satelit melaju dengan kecepatan itu maka akan hancur, karena desainnya yang tidak aerodinamis. Apalagi kalau melihat pesawat saja harus punya body super kokoh dan aerodinamis untuk bisa melaju secepat 1.900 km/jam.”
Karena saya juga hampir sepakat dengan hal ini. Ini perbandingan yang cukup benar jika saja lingkungannya sama atau hampir sama.
Kenyataanya ialah ada gaya gesek udara! Jadi semua didalam atmosfer bumi dan di atas permukaan tanah akan mengalami yang namanya gaya gesekan udara. Kecuali yang di dalam air, akan mengalami gaya gesek air. Please percaya yah kalau gaya gesekan itu ada? Biar mudah menjelaskannya :).
Di luar angkasa masih ada gaya gesekan, tetapi angkanya sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya gesekan di udara. Karena itulah bentuk satelit tidak perlu aerodinamis karena gaya gesekannya dengan fluida hampir tidak ada.
Semoga saja teman-teman bisa memahami hal ini. Tetapi kalau memang masih ada pikiran “Dengan bentuk satelit yang nggak aerodinamis itu, nggak mungkin bisa melaju hingga 28.000”. Mari kita buka pikiran dengan studi kasus ini:
Kalau kalian browsing di google tentang “The Slowest Plane” maka yang akan kalian temukan ialah M15- Belphegor. Jet agrikultur tahun 1973 yang memiliki kecepatan 200km/jam. Strukturnya seperti ini:
Sekarang masih dari google, coba cari “The Fastest Submarine” maka yang akan ditemukan dari wikipedia ialah Soviet K-222. Kapal selam perang tahun 1963 ini memiliki kecepatan 44.7 knot atau 82.8 km/jam. Strukturnya seperti ini:
Sekarang bayangkan kalau kita tinggal di air dan yang kita kenal hanyalah kapal selam. Kita menggunakan kapal selam sebagai alat transportasi utama dan kapal selam tercepat ialah K-222 dengan kecepatan 81 km/jam. Kemudian sekelompok saintis datang dan menunjukkan pesawat M15-Belphegor ke kamu.
Diceritakanlah kalau benda bernama pesawat terbang ini bisa melaju dengan kecepatan 200km/jam di udara. Nah karena kamu nggak pernah tahu udara, maka pasti bingung dan sulit untuk percaya kan? Apalagi melihat bentuk M15-Belphegor yang tirus dan rapuh itu, pasti patah dong sayapnya kalau melaju 200 km/jam, K-222 yang hanya melaju 81 km/jam saja body-nya harus kokoh kayak gitu. Begitu kan berpikirnya?
Oke kembali ke kenyataan. Kenyataannya, tidak ada masalah dengan M15-Belphegor di udara. Bahkan banyak pesawat terbang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari itu. Jadi yang menjadi masalah ialah pikiran kita tidak bisa membayangkan kalau lingkungan yang dihadapi oleh pesawat terbang itu sangat berbeda dengan kapal selam.
Nah, satu-satunya cara untuk kamu menyadari perbedaan lingkungan ini, tanpa survei langsung ialah dengan menggunakan ilmu fisika dan matematika. Sekarang mari kita lihat perbandingan gaya gesekan yang dialami oleh kapal selam dan pesawat terhadap lingkungannya. Jadi kita akan mengesampingkan bentuk, luas permukaan, dan kecepatan dari kapal selam dan pesawat, kita anggap sama saja, karena memang yang akan kita bandingkan ialah lingkungannya, yaitu air dan udara.
Air dan udara merupakan fluida, maka kita menggunakan persamaan gaya gesekan pada fluida.
fdrag = gaya gesekan
C = koefisien gesek
A = Luas permukaan (pesawat/kapal selam)
v = kecepatan
ρ = Massa jenis fluida (air/udara)
C = koefisien gesek
A = Luas permukaan (pesawat/kapal selam)
v = kecepatan
ρ = Massa jenis fluida (air/udara)
Dari empat faktor yang mempengaruhi gaya gesekan(fdrag), yang merupakan pengaruh lingkungan ialah massa jenis fluida(ρ). Maka langsung saja kita bandingkan massa jenis air dan udara:
ρair : ρudara –> 1 gr/cm3: 0,0012 gr/cm3
Jadi gaya gesekan yang dialami pesawat ialah 1,2 x 10-3 kali dari yang dialami oleh kapal selam. Itulah alasannya kenapa kapal selam K-222 perlu body yang kokoh untuk menahan gaya gesek air pada kecepatan 81 km/jam, sedangkan pesawat M15-Belphegor dengan body yang tidak terlalu kokoh mampu melaju pada kecepatan 200 km/jam. Setiap lingkungan memiliki kebutuhan yang berbeda.
Sekarang bagaimana dengan lingkungan satelite jika kita bandingkan dengan pesawat? Yap! Dengan logika dan persamaan yang sama, bisa kita bandingkan lingkungan udara dan luar angkasa.
ρair : ρangkasa —-> 0.0012 gr/cm3: 2×10-31 gr/cm3
Jadi satelit mengalami gesekan 6 x 10-27 kali dari yang dialami oleh pesawat. Pangkat negatif ini menunjukkan bahwa nilai gesekan pada satelit sangat kecil, sangat jauh beda dengan apa yang dialami oleh pesawat terbang.
Kebayang khan sekarang?
Untuk pengisian ulang bahan bakar dan tentang astronot yang memperbaiki satelit itu akan aku bahas sedikit di postingan berikutnya bersamaan dengan perhitungan kecepatan satelit.
Penutup: Untuk Kalian yang Masih Mau Berpikir Logis
Setelah menonton serial video konspirasi Teori Flat Earth hingga selesai, kalian boleh memilih. Mana yang lebih kalian percaya? Ratusan ribu ilmuwan dan peneliti di negara-negara maju yang telah belajar hingga Ph.D, kemudian menghabiskan puluhan tahun di laboraturium itu berbohong tentang semua eksplorasi sains dan tidak satupun dari mereka memberitahukan kebenarannya? Atau ada sekelompok blogger yang terlalu banyak menonton fiksi kemudian bingung tentang sains dan alam semesta lalu menyalahkan semua ilmuwan? Tamat
kiblat.net
Editor: Fajar Shadiq
Editor: Fajar Shadiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar