Rabu, 14 Desember 2016

Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Let’s Do The Math (Bag.4)

Title: Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Let’s Do The Math (Bag.4)
Published: Sun, 21 Aug 2016 00:44:00 +1300
Categories: Artikel Bebas, Berita, Ilmu & Teknologi, Semuannya,
Content:

Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Let’s Do The Math (Bag.4)

Ini adalah artikel lanjutan | Baca tulisan sebelumnya
Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Keping-keping Sains (Bag.3)
KIBLAT.NET – Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, teori Flat Earth kembali diperbincangkan oleh publik Indonesia (termasuk aktivis Islamnya) melalui forum-forum di dunia maya. Bahkan, video-video konspirasi bumi datar yang diunggah di Youtube jadi pembicaraan hangat di media sosial.
Tak tanggung-tanggung, pendukung teori Flat Earth menyuguhkan 10 argumen yang kesannya ilmiah untuk meyakinkan orang bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Alih-alih menyajikan eksperimen ilmiah, serial video tersebut malah kebanyakan menyuplik sumber dari google dan potongan adegan film yang mendukung teori konspirasi.
Untuk mendudukkan masalah ini, Kiblat.net akan menyajikan bantahan ilmiah terhadap teori Flat Earth yang ditulis oleh Muhammad Mahfuzh Huda, yang sedang menempuh gelar Master di bidang studi Simulasi Molekular (Kimia) di Okayama University, Jepang. Tulisan ini diambil dari blog pribadi yang dikelolanya di alamat mystupidtheory.com dengan seizin dan sepengetahuan yang bersangkutan. Selamat membaca!!

Nah kali ini, aku akan mencoba menjelaskan beberapa penjelasan ilmiah yang akan menjawab apakah teori bumi datar itu adalah fakta atau hanyalah konspirasi HOAX? Kalau kalian baru mengikuti tema Flat Earth Theory ini, silahkan baca part 1part 2 dan part 3 terlebih dahulu.
Kalau kata Neil Grease Tyson, “If you want to see the fact, let’s do the math”. Tulisan ini terutama akan memberikan kritik dan masukan terhadap video ke 4 di channel ini:
Jarak Bumi dan Bulan
Dalam video tersebut telah dijelaskan bahwa jarak dari bulan ke bumi telah diukur oleh ilmuwan zaman Yunani kuno dengan memanfaatkan gerhana bulan. Untuk memahami teknik ini, awalnya aku kesulitan, tapi akhirnya paham, ini sebuah penerapan teori matematika sederhana (dipelajari di SMP). Silahkan baca: Bagaimana Mengukur Jarak Bulan ke Bumi.
Pertanyaan pertama yang dimunculkan ialah kenapa data jarak antara bumi dan bulan hanya berdasar pada perhitungan ilmuwan Yunani Kuno? Mengapa NASA tidak melakukan perhitungannya sendiri?
Jawabannya sangat sederhana, karena ini sains! Ada sebuah kutipan yang mengatakan “The first time you do something, it’s science. The second time, it’s engineering.” (Artinya: Pertama kali kau melakukan sesuatu itulah sains. Kedua kalinya, itu rekayasa/tekhnik).
Perhitungan yang populer tentang jarak bulan-bumi yang paling populer memang berdasarkan kalkulasi ilmuwan Yunani Kuno. Sama seperti ketika Joseph Priestley menemukan oksigen tetapi namanya tidak tercatat karena Carl Wilhelm Scheele telah mempublikasikan temuannya tentang oksigen setahun lebih dahulu.
Karena memang mereka yang pertama kali melakukannya. Apakah NASA dengan peralatannya yang canggih bisa melakukannya? Bisa! NASA melakukan perhitungan jarak bumi-bulan dengan memanfaatkan pantulan gelombang ketika ditembakkan ke bulan. Data yang diperoleh oleh NASA jika dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan oleh ilmuwan Yunani kuno hanya berbeda 10% (ini hasil yang luar biasa akurat jika mengingat mereka tidak menggunakan peralatan yang kompleks).
Dalam video, dikatakan bahwa asumsi dasar bahwa bayangan yang menutupi bulan itu adalah bayangan bumi merupakan asumsi yang keliru (salah). Tetapi, satu-satunya penjelasan kenapa asumsi dianggap salah ialah: “Karena ilmuwan NASA masih menggunakan Siklus Saros untuk menentukan kapan terjadinya gerhana.”
Prediksi Gerhana dan Siklus Saros
Pertanyaan paling sederhana yang muncul di pikiranku ketika mendapat informasi bahwa NASA menggunakan Siklus Saros untuk menentukan waktu terjadinya gerhana ialah : Apa itu Siklus Saros? Bagaimana cara NASA menggunakan Siklus Saros?
Pasti ketika melihat di video, kalian merasa kalau Siklus Saros ini adalah catatan Yunani yang berisi kapan gerhana terjadi? Iya sama, aku juga gitu. Karena memang pembuat video berusaha mengarahkan agar yang menonton berpikir seperti itu. Seolah-olah siklus saros itu seperti tabel perkalian yang hanya cukup melihat kita sudah tahu hasilnya.
Ternyata Siklus Saros merupakan sebuah siklus gerhana bulan yang dibuat oleh astronom Edmund Halley. Penggunaan nama Saros sendiri digunakan Edmund Halley karena dia membaca Souda (Ensiklopedia Bizantium), ia mengira bahwa siklus yang ia gunakan ini sama persis dengan saros dalam ensiklopedia tersebut. Ini dijelaskan dalam artikel ini –>http://www.astronoo.com/en/articles/eclipse-saros-cycle.html.
Jadi siklus Saros bukan sebuah catatan tentang kapan terjadinya gerhana, tetapi merupakan siklus gerhana dalam 18 tahun 11 hari dan 8 jam yang dihitung dan dipetakan oleh ilmuwan Edmund Halley (1656-1742).
Siklus Saros
Siklus Saros
Siklus Saros sendiri hanya mampu memperkirakan waktu terjadinya gerhana bulan, tidak mampu menentukan lokasi terjadinya. Jika berbicara dalam ruang 3 dimensi, maka mungkin kita bisa tahu waktu terjadinya, tetapi kalau kita tidak tahu tempat terjadinya? Ada sebanyak tak terhingga kemungkinan akan lokasi teramatinya gerhana di bumi.
Tetapi dengan kemampuan dan teknologi yang dimiliki oleh NASA puluhan tahun yang lalu, gerhana bulan dan gerhana matahari dapat diprediksi waktu dan tempatnya dengan sangat tepat.
Nah.. Yang perlu digaris bawahi ialah, fakta bahwasanya dalam Siklus Saros tidak terdapat prediksi tempat terjadinya gerhana, tetapi NASA mampu melakukan perhitugan kapan dan dimana terjadinya gerhana tersebut. Artinya apa? Asumsi dan seluruh perhitungan yang dilakukan oleh NASA ialah benar, karena memang mampu menghitung titik tepat dimana kita bisa menyaksikan gerhana, baik itu gerhana bulan dan gerhana matahari. Sekarang apa Flat Earther bisa menghitung kapan terjadinya gerhana dan titik mana di peta yang bisa menyaksikan gerhana?
Selanjutnya, kalau kita pelajari secara seksama fakta bahwa ilmuwan bisa menentukan waktu terjadinya gerhana tidak ada hubungannya dengan perhitungan jari-jari bumi. Jadi gerhana matahari dan bulan hanyalah sebuah alat untuk melakukan pengukuran jarak bulan sama seperti pada pembuktian Teori Relativitas Einstein yang menggunakan gerhana matahari. Seperti penjelajah masa lalu yang hanya dengan melihat gugus bintang bisa menentukan posisinya secara tepat.
Jadi kalau diminta dari semua data jarak matahari, bulan, bumi beserta diameternya untuk mendapatkan angka pada Siklus Saros yaitu 18 tahun, 11 hari dan 8 jam tidak akan diperoleh, tetapi dengan data tersebut bisa diperoleh letak (titik geografis) di mana akan terjadi gerhana bulan dan matahari.
Matahari Itu Dekat (Flat Earth Reality)
Penjelasan tentang matahari itu dekat yang didasari oleh sinar matahari yang menembus awan itu menyebar, sangat menarik menurutku. Karena ini adalah fenomena yang “kimia banget”. (Mahfuzh Huda adalah mahasiswa pascasarjana bidang molekular kimaia di Okayama University, red).
Kenapa matahari yang menembus awan itu menyebar? Dalam video dijelaskan bahwa para ahli (yang menganggap bumi bulat) mengatakan hal ini karena atmosfer bumi. Kemudian pembuat video menarik kesimpulan bahwa ini tidak masuk akal karena pasti atmosfernya bumi cekung, maka sinar yang datang akan semakin difokuskan.
Baiklah, kalau membayangkan bahwa atmosfer bumi itu merupakan kaca yang melindungi bumi, maka sinar matahari yang masuk ke atmosfer bumi akan menjadi lebih fokus (bukan menyebar). Tetapi apakah ada ilmuwan yang mengatakan kalau atmosfer kita adalah kaca? Tidak! Atmosfer bumi merupakan gas yang didominasi oleh Nitrogen, Argon, Oksigen, dan Karbondioksida.
Peristiwa ketika cahaya matahari menembus awan dan sinarnya menyebar itu disebabkan oleh Efek Tyndal dari awan. Dalam ilmu kimia, kabut dan awan merupakan koloid, dan salah satu sifat paling mencolok dari koloid ialah Efek Tyndal, peristiwa menyebarnya cahaya yang dilewatkan pada partikel koloid.
Peristiwa Efek Tyndal ini telah kita pelajari ketika di SMA, bahkan seringkali dipraktekkan, karena murah dan mudah. Jadi yang sebenarnya terjadi ialah sinar matahari yang datang akan disebarkan oleh awan tersebut. Tersebarnya cahaya ini, kalau melihat ilmu fisika merupakan merupakan peristiwa gabungan dari refleksi, absorbsi, dan refraksi cahaya (pemantulan, penyerapan dan pembiasan/pembelokan) oleh uap air (awan).
Cuplikan dari video konspirasi Flat Earth
Cuplikan dari video konspirasi Flat Earth
Sedangkan di video dijelaskan dengan eksperimen menggunakan kardus dibolongin kemudian disenterin itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang sedang terjadi. Bandingkan saja bedanya kardus dan awan, coba saja ganti kardusnya dengan kabut ataupun koloid sejenis, pasti jauh ataupun dekat sumber sinarnya pasti akan disebarkan (direfraksi).
Jadi keterangan video bahwasannya matahari itu begitu dekat merupakan klaim semata(tidak ada bukti ilmiah). Kemudian aku tertarik karena pembuat video mengatakan bahwa “semua orang bisa menghitung jarak matahari ke bumi”. Dan gambar serta keterangan berikutnya membuat aku tertawa:
Cuplikan video konspirasi seri keempat Teori Flat Earth.
Cuplikan video konspirasi seri keempat Teori Flat Earth.
Sekali lagi, sebaran cahaya yang dilihat dari awan itu merupakan hasil Efek Tyndall, jadi ketika menghitung menggunakan triangular dengan asumsi bahwa sinar yang keluar dari awan ialah sinar langsung dari matahari, yang akan diperoleh ialah ketinggian awan penutup sinar tersebut, bukan ketinggian dari mataharinya (sumber cahaya). Bahkan dengan percobaan senter-kardus yang dilakukan sekalipun, dengan menggunakan triangular maka hanya akan menghitung jarak dari dasar (bayangan) ke kardus, bukan ke sumber cahayanya.
Bulan Punya Sinar Sendiri(Flat Earth Reality)
Pembuat video mengatakan bahwa cahaya matahari dan cahaya bulan berbeda. Bulan dan matahari punya cahaya sendiri-sendiri yang membuat hewan bereaksi berbeda. Menurutku reaksi dari hewan terhadap dua cahaya ini tidak membuktikan apa-apa. Karena yang berbeda ialah karena gelap-nya malam itu. Coba saja kamu lihat reaksi hewan yang disinari senter pada siang bolong dan disinari senter pada malam hari, apa reaksinya sama? Pasti beda, tapi cahayanya sama-sama cahaya senter. Kemudian dikatakan juga “Matahari merupakan simbol keseimbangan alam, Yin dan Yang”, statemen ini cuma sampah, nothing have to do with the topic (Gak ada kaitannya sama teori bumi datar).
Yang membuat aku terkejut ialah pada video diberikan percobaan pengukuran temperatur dari cahaya bulan yang menunjukkan nilai yang lebih dingin dibandingkan kegelapan. Tak lama setelah itu aku langsung browsing, ternyata memang metode ini populer di Flat Earther (khususnya YT). Tetapi penjelasan mengapa ini terjadi justeru karena yang melakukan eksperimen ialah amatir, atau complete amatir. Karena mereka tidak tahu fungsi sebenarnya dan cara penggunaan dari alat yang mereka gunakan (untuk mengukur temperatur radiasi sinar). Silahkan baca di sini —> http://www.physicscentral.com/buzz/blog/index.cfm?postid=1590436706491009951
Benda Selestial yang Melewati Bulan dan Matahari
Di video ini disebutkan pula bantahan tentang gerhana bulan merupakan bayangan bumi yang menutupi bulan. Alasannya adalah karena adanya benda selestial. Sedangkan benda salestial yang dimaksudkan ini ialah cahaya yang tertangkap oleh kamera, ini bisa kita lihat di manapun ketika kita memotret objek dengan cahaya terang. Semua orang yang mengenal fotografi pasti familiar dengan ini. Coba aja ambil kamera HP dan arahkan ke lampu diatas kamarmu:
Benda selestial apakah ini wahai kaum penganut teori bumi datar?
Benda selestial apakah ini wahai kaum penganut teori bumi datar?
Di dalam video ini, dia mengatakan, “Jangan sekali-sekali berdebat kusir tanpa data, mengandalkan persepsi dan opininya sendiri. Bisa dibilang 95% informasi yang ada di google adalah opini-opini dan persepsi-persepsi tanpa dasar yang jelas.”
Sebuah statemen yang sangat brilian menurutku. Tapi coba cek ulang dari semua video, video satu dia menampilkan data dari Google Analytic dan penjelasan tentang perhitungan triangular diambil dari Youtube Dr. Zack (seorang flat earther). Video dua penjelasan tentang GPS dia ambil dari Google. Pada video ketiga penjelasan tentang peta bumi datar diambil dari USGS, sebuah lembaga Amerika Serikat (apa yang membedakannya dengan NASA?)
Kalau benar-benar berprinsip 95% informasi di google dan Youtube ialah opini dan persepsi, kenapa justeru semua informasi yang ditampilkan di video ini dari Google? Oke lah.. Kita biarkan Allah dan pemilik video yang tahu tentang itu.
Bedford Level Experiment
Dalam video memberikan informasi yang setengah matang dalam Bedford Level Experiment. Bedford Level Experiment memberikan hasil bahwa seluruh bagian kapal akan terlihat sepenuhnya, ini membuktikan bahwa bumi tidaklah bulat.
Eksperimen Bedford
Eksperimen Bedford
Ketika mendengar eksperimen ini aku langsung cek ulang informasinya. Dan ternyata benar memang ada eksperimen ini. Pada musim panas tahun 1838, Samuel Birley Rowbotham mengadakan sebuah ekperimen untuk menentukan bentuk bumi. Persis seperti di video, eksperimen ini mencoba melihat kapal yang berjarak sangat jauh, yaitu 9.7 kilometer. Seharusnya berdasarkan lengkungan bumi, maka bagian bawah kapal sebanyak 4.8 meter tidak akan terlihat. Dilaporkan hasil dari percobaan ini ialah, kita tetap bisa melihat kapal secara utuh.
Setelah eksperimen ini dilakukan, kritikan muncul dari angkatan laut bahwasanya percobaan Samuel Birley Rowbotham tidak menghitung refraksi cahaya oleh uap air laut yang pasti terjadi ketika temperatur sangat tinggi. Mengingat percobaan ini dilakukan saat musim panas, maka penguapan air laut pasti terjadi, dan akibatnya ialah refraksi cahaya (pembelokan cahaya) oleh uap air laut.
Seorang fisikawan lapangan bernama Alfred Russel Wallace akhirnya mempertaruhkan namanya dan melakukan percobaan ini. Yang pertama ingin ia pastikan ialah menghindari efek refraksi cahaya oleh uap air laut maka dia melakukan percobaan yang sama tetapi pada ketinggian titik pengamatan 13 kaki = 4 meter.
Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa bagian bawah kapal menghilang, hasil yang berlawanan dengan yang diperoleh pada awal experimen Samuel Birley Rowbotham. Hasil ini diakui oleh kongres kemudian eksperimen yang sama telah dilakukan oleh orang lain dan memberikan hasil yang sama.
Ingat! Prinsip sains ialah jika percobaan tersebut diulangi dengan metode yang sama, di waktu yang berbeda, oleh orang yang berbeda, harus menghasilkan hasil yang sama.
Kesimpulan akhir dalam percobaan Bedford justeru hanya mengkonfirmasi sistem navigasi yang dilakukan oleh angkatan laut, yakni adanya refraksi cahaya oleh uap air laut. Ini diakui oleh semua ahli fisika di bidang geologi, tetapi tidak bisa diterima oleh Flat Earther.
Lintasan Matahari Melingkar di Atas Bumi Datar
Aku sendiri tidak akan bisa menanggapi bagaimana matahari yang difoto dari bumi terlihat lebih kecil daripada yang difoto ketika di pesawat. Karena percobaan semacam ini tidak punya standard yang jelas. Apakah kamera yang digunakan sama? Apakah waktu pengambilan gambar sama? Terlihat jelas bahwa waktu pengambilan gambarnya tidak jelas. Di bagian sebelah kiri gambar diambil saat matahari pada fasa paling terang, sedangkan di kanan matahari baru saja terbit.
Sekarang mari kita pikirkan kalau lintasan matahari berbentuk lingkaran yang berkeliling di atas bumi. Pertama, jika lintasannya seperti kembali ke pertanyaan awal, bagaimana peristiwa gerhana bisa dijelaskan?
Pertanyaan lainnya buat flat earther: Dari mana mereka bisa memastikan kalau matahari itu bulat? Jangan jangan mataharinya itu nggak bulat? Bisa saja matahari itu bentuknya seperti bagian depan lampu senter (lingkaran datar). JANGAN PAKAI DATA DARI NASA BAHWA MATAHARI ITU BULAT, karena kenyataanya kan tidak percaya dengan data NASA?
Dan kalau perspektif mereka bahwa bulan dan matahari itu beredar beriringan dengan lintasan lingkaran yang sama diatas langit, maka kenapa penanggalan ummat muslim/Hijriyah yang berdasar pada posisi bulan bisa berbeda sekali dengan penanggalan Masehi yang berdasarkan posisi matahari? Karena kalau gerakan matahari dan bulan hanya melingkar dengan kecepatan yang sama, maka tidak akan ada perbedaan jumlah tahun antara penanggalan Masehi dan Hijriyah. Jelaskan kenapa Ramadhan selalu berganti-ganti di tanggalan Masehi?
Kalau menggunakan data NASA, ini bisa dijelaskan dengan sangat logis bahwa setiap posisi antara tiga benda langit, Bumi, Bulan dan Matahari memiliki lintasan yang berbeda. Artinya, walaupun bulannya sudah memasuki fasa yang sama (posisi bulan terhadap bumi sudah sama seperti tahun sebelumnya) tetapi posisi bumi terhadap matahari tidak sama dengan tahun sebelumnya.
Inilah yang menyebabkan pergeseran tanggal Ramadhan setiap tahunnya jika dilihat dari kalender Masehi. Ini juga menjelaskan kenapa Ramadhan di Jepang bisa bergeser dari musim dingin ke musim panas. Karena musim ialah pengaruh posisi matahari sedangkan penentuan Ramadhan bergantung pada posisi bulan.
Ehh.. Tapi para Flat Earther nggak akan bilang kalau kalender Masehi salah total kan? Kalau mereka berprinsip kalender Masehi itu salah total, maka aku nggak bisa lagi menjelaskan dengan ilmu pengetahuan.
Baca laman sebelumnya | Buat yang masih penasaran, lanjut lagi ke sini
kiblat.net
Editor: Fajar Shadiq

Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Apa yang Dilakukan BJ Habibie? (Bag.5)

Title: Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Apa yang Dilakukan BJ Habibie? (Bag.5) Published: Sat, 27 Aug 2016 00:47:00 +1300 Categories: Artikel Bebas, Berita, Ilmu & Teknologi, Semuannya, Content:

Bantahan Ilmiah Teori Konspirasi Flat Earth: Apa yang Dilakukan BJ Habibie? (Bag.5)

Ini adalah artikel lanjutan | Baca laman sebelumnya
KIBLAT.NET – Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, teori Flat Earth kembali diperbincangkan oleh publik Indonesia (termasuk aktivis Islamnya) melalui forum-forum di dunia maya. Bahkan, video-video konspirasi bumi datar yang diunggah di Youtube jadi pembicaraan hangat di media sosial.
Tak tanggung-tanggung, pendukung teori Flat Earth menyuguhkan 10 argumen yang kesannya ilmiah untuk meyakinkan orang bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Alih-alih menyajikan eksperimen ilmiah, serial video tersebut malah kebanyakan menyuplik sumber dari google dan potongan adegan film yang mendukung teori konspirasi.
Untuk mendudukkan masalah ini, Kiblat.net akan menyajikan bantahan ilmiah terhadap teori Flat Earth yang ditulis oleh Muhammad Mahfuzh Huda, yang sedang menempuh gelar Master di bidang studi Simulasi Molekular (Kimia) di Okayama University, Jepang. Tulisan ini diambil dari blog pribadi yang dikelolanya di alamat mystupidtheory.com dengan seizin dan sepengetahuan yang bersangkutan. Selamat membaca!!

Kali ini aku sengaja menuliskan sub pokok bahasan “Apa yang Dilakukan Habibie?”. Aku sengaja mencantumkan seorang saintis dan insinyur terbaik bangsa ini, Bacharuddin Jusuf Habibie. Biar teman-teman (dan saya) bisa mengukur, seberapa jauhkah pengetahuan kita dibandingkan mantan presiden Indonesia ini.
Oke. Kita mulai diskusinya, pertama-tama kalau kalian belum baca ulasanku, silahkan klik part1, part2, part3 dan part4, kemudian kali ini kita akan membahas tentang video 5 yang kurang lebih memuat tentang peta penerbangan menurut flat earth dan usaha bombardir kubah bumi. Link video 5:

USGS Lembaga Survey Geologi Paling Kredibel

Seharusnya sampai disini kalian sudah baca pembahasanku pada tulisan sebelumnya tentang USGS di Keping-Keping Sains (part3). Mari ulangi bahwa USGS ialah lembaga milik Amerika Serikat, berisi saintis-saintis dan menggunakan satelit untuk mengumpulkan data. Ya! Kuulangi lagi biar jelas, USGS menggunakan satelit untuk mengumpulkan data! Sekarang pertanyaanya, apa bedanya USGS dengan NASA? Kenapa USGS kredibel dan NASA adalah Holywood?
Peta Bumi Datar
Oke.. Kalau memang pertanyaan itu terlalu sulit, mungkin akan ada yang menuduhku terkesan tidak saintifik sekali kalau menilai suatu fakta berdasarkan siapa yang menyampaikan.
Oleh karena itu, aku akan coba memaklumi bagiamanapun logika bahwa USGS ialah kredibel dan NASA tidak.
Kalian tahu nggak kalau karena perkara Flat Earth Theory (FET) ini aku jadi mendownload peta dunia zaman dahulu yang resolusinya sangat tinggi cuma demi memahami Azimuthal Equidistance Projection.New World Standard Map
Sekarang aku harus mengakui sesuatu yang awesome dan sangat mengagumkan, ini adalah fakta yang akan membuat semua penggemar Flat Earth senang riang gembira. Faktanya ialah peta bumi datar yang dibuat oleh USGS menggunakan Azimuthal Equidistance ialah benar 100%.
Permasalahannya ialah bagaimana cara menggunakan Azimuthal Equidistance Projection Map ini? Oh ya, Azimuthal Equidistance Projection (AEP) ini pertama kali dikemukakan oleh saintis muslim Al Biruni, biar pada tahu aja deh, tetapi ini tidak ada hubunganya dengan bumi datar ataupun bola.
Pertama kali aku mencari tahu tentang ini, aku agak bingung karena ternyata ada banyak sekali peta Azimuthal Equidistance Projection. Bahkan kita bisa membuat AEP secara online (ada generatornya). Ini salah satu contoh AEP london: https://www.jasondavies.com/maps/azimuth-distance/.
Dalam peta tersebut, posisi tengahnya ialah kota London sehingga seperti kita melihat dunia dengan titik pusat London. Hasil map-nya benar karena pakai AEP, tetapi bentuknya berbeda dengan peta dunia yang ditampilkan oleh FET. Kenapa beda? Karena titik pusatnya berbeda. FET menggunakan AEP dengan titik pusat kutub utara sedangkan di web di atas menggunakan pusat kota London.
Cara Menggunakan AEP
Definisi Azimuthal Equidistance sudah aku jelaskan, sekarang kita bahas aturan penggunaanya. Langsung aku kutip dari web USGS yang menjadi acuan utama dari FET, dikatakan:
Distances and directions to all places true only from center point of projection. Distances correct between points along straight lines through center. All other distances incorrect . Any straight line drawn through center point is on a great circle. Distortion of areas and shapes increases away from center point.
Aturan ini juga ada disampaikan dalam video 5, tapi disana dijelaskan dengan ngawur dan serampangan. Ini coba aku terjemahkan:
Jarak dan arah menuju ke semua tempat ialah benar hanya jika dari titik pusat proyeksi. Jarak benar antara dua titik selama melalui titik pusat. Semua jarak lainnya salah. Semua garis lurus yang melalui titik pusat merupakan jarak terpendek dalam lintasan melengkung bumi. Penyimpangan (ketidaksesuaian) luas dan bentuk akan meningkat dengan semakin jauhnya dari titik pusat.
Jika kita berbicara mengenai peta AEP yang digunakan FET, maka kita akan melihat peta dengan kutub utara sebagai titik tengah. Jadi:
  1. Jarak dan arah menuju ke semua tempat ialah benar hanya jika dari kutub utara (titik pusat).
  2. Jarak benar antara dua titik selama segaris dengan kutub utara (titik pusat). (arah tidak benar)
  3. Semua garis lurus yang melalui kutub utara(titik pusat) merupakan jarak terpendek dalam lintasan melengkung bumi.
  4. Penyimpangan luas dan bentuk meningkat dengan semakin jauhnya jarak dari kutub utara.
Berdasarkan aturan tersebut maka berikut ini arah dan lintasan yang benar:
AEP
Ket:
– Jarak dan arah dari kutub utara menuju ke semua tempat ialah benar
– Jarak antara dua titik ialah benar jika segaris dengan kutub utara. (arahnya tidak benar)
– Jarak terpendek dari kutub utara ke kutub selatan
– Garis putus-putus ini menunjukkan bentuk kutub selatan yang telah terdistorsi maksimal bentuk dan luasannya, karena letaknya yang sangat jauh dari kutub utara. (bentuk kutub selatan ini salah kaprah)
Cara Flat Earth Theory Menggunakan AEP
Sekarang mari kita lihat semua rute penerbangan yang dijadikan contoh dalam video 5, sudah aku gambarkan ulang:

Azimuthal Equidistant Projection_SW
Azimuthal Equidistant Projection_SW
Sekilas, kita pasti langsung mengatakan, “Wow! benar ini! kalau pakai peta bumi datar semuanya jadi jarak terdekat karena lintasannya garis lurus.” Yap, sama persis, aku juga berpikir seperti itu awalnya.
Tetapi karena kita sudah mengerti aturan penggunaan peta AEP, segera lihat yang mana dari garis-garis itu yang melintasi kutub utara(titik pusat)? Bahkan apakah ada dua titik yang segaris dengan kutub utara? Tidak ada!
Sehingga berdasarkan aturan pertama AEP, “Jarak dan arah menuju ke semua tempat adalah benar hanya jika dari kutub utara”, ada kata “hanya jika” di situ artinya kalau bukan dari kutub utara, maka semua jarak dan arah menuju tempat lain ialah salah baik arah maupun jaraknya.
Jadi, cara menggunakan AEP ini dalam penerbangan ialah spesifik untuk setiap bandara. Jadi misalkan kamu di bandara Sukarno Hatta mau ke Santiago, maka kamu akan menggunakan peta AEP dengan pusat Sukarno Hatta. Ketika kamu berangkat dari Santiago ke Tokyo, maka kamu akan menggunakan peta AEP dengan pusat kota Santiago. Itulah sebabnya ada generator AEP online, karena setiap tempat akan menghasilkan proyeksi yang berbeda-beda. Jelas kan? :)
Antartika Sebagai Daerah Terlarang
Aku sedikit malas mencari informasi tentang Admiral Byrd (atau gimana lah mengejanya). Ulangi beberapa kali di bagian tersebut, kalian akan merasakan betapa spekulatif dan kebanyakan mengira-ngira.
Salah satu alasan aku malas mencari tahu tentang ekspedisi Byrd ini adalah karena semuanya hanya ‘pendapat’, ‘pernyataan’, dan beragam informasi yang mudah sekali dibelokkan. Aku nggak terlalu suka ngebahas ini karena nggak bisa dibuktikan. Yah, kalau NASA yang punya ribuan foto dari luar angkasa saja nggak bisa dipercaya apalagi hanya pernyataan seorang Admiral yang tanpa foto dan persamaan matematis?
Tapi satu hal yang aku cari tahu. Saat ini, tidak ada larangan untuk masuk ke wilayah Antartika. Hanya perlu izin standard saja.
Aku cuma sekali cari dan menemukan sebuah forum di redit.com. Nah disitu diberikan link-link orang-orang yang menuliskan perjalanannya ke Antartika secara private:
http://southpolestation.com/trivia/00s/ford.html
http://southpolestation.com/trivia/90s/kazama.html
http://iaato.org/yachts
http://www.syquijote.com/photos/
Itu semua perjalanan pribadi ke Antartika. Mereka melakukan banyak hal disana. Bahkan katanya banyak orang yang kesana untuk tujuan wisata, katanya seru! Aku jadi pengen! XD
HANE (High-Altitude Nuclear Explosions)
Dari ceritanya itu, maka HANE ialah sebuah percobaan dimana militer (yang didukung saintis) berusaha mengukur seberapa jauh dampak dari nuklir yang sudah mereka buat. Uji ledakan nuklir ini berada pada ketinggian 23-540 km. Selain saintis dapat menguji seberapa besar dampak ledakannya, ini juga sebagai ajang show off bagi amerika terhadap Rusia dan sebaliknya. Sama sekali tidak ada bukti ilmiah bahwa ini adalah usaha-usaha untuk menembus kubah celestial bumi. Bom nuklir ini meledak di ketinggian 23-540km agar dapat dipelajari dampaknya.
Kalau HANE ini menabrak kubah celestial, maka logikanya semua roket akan meledak pada ketinggian yang sama. Tetapi kenyataanya HANE meledak pada ketinggian berbeda. Maka bisa disimpulkan bahwa ide tentang roket HANE ini menabrak kubah selestial, firmament (atau apapun lah itu) tidak terbukti sama sekali.
Apa yang Dilakukan Habibie?
Adakah di antara pembaca blog ini yang lebih pintar dari BJ Habibie? Atau adakah yang mengira kalau pembuat video kelima tersebut lebih pintar dari BJ Habibie?
Mantan Presiden Indonesia itu adalah ilmuwan terhebat sepanjang sejarah Indonesia, beliau bekerja di bidangaeronautics (penerbangan) selama separuh umurnya. Ia telah memiliki sejumlah hak paten di bidang pembuatan pesawat terbang. Gravitasi, kemiringan bumi, lintasan pesawat, dan semua yang kita bahas hingga part 5 ini adalah kerjaan beliau sehari-harinya.
BJ Habibie dan replika R80
BJ Habibie dan replika R80
Dengan semua pengetahuan, kecerdasan dan aksesnya pada dunia luar apa kalian berpikir kalau beliau ini tidak akan menyadari bahwa selama ini NASA dan ilmuwan berbohong mengenai bentuk bumi yang bulat? Sebuah fakta dasar dari semua perhitungan yang pernah beliau lakukan?
Artinya, kalau bumi datar ini adalah sesuatu yang ilmiah maka orang Indonesia pertama yang akan menyadarinya tentu saja Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie.
Pendapat Saya
Pada dasarnya permasalahan Freemason, Elite Global ini hanyalah sebuah pengalihan pandangan yang dilakukan oleh pembuat video untuk mengelabuhi kita. Kalau diulang lagi video 1-5, kalian pasti sadar kalau tidak ada konsep sains dalam video-video tersebut.
Isinya hanya kata-kata indah seperti “tidak usah debat pendapat, tidak perlu mengarang ataupun debat kusir” dan beberapa paragraf lainnya tentang “keuntungan elite global”. Tidak ada poin penting pada pendapat Teori Bumi Datar.
Gini deh. Setelah menonton 5 video tersebut, apakah ada satu saja penjelasan tentang hukum-hukum ilmiah yang berlaku dalam teori bumi datar? Adakah perhitungan ilmiah yang dilakukan di video? Adakah penjelasan bagaimana cara mereka mengukur jarak matahari yang katanya dekat itu? Adakah pembuktian bahwa kubah salestial atau firmament itu nyata? Tidak ada! Nol besar. Omong kosong.
Nggak ada sains dalam video tersebut, pembuat video-pun tidak mengerti sains, karena itulah di dalam video dibumbui oleh konspirasi dan bahasan nggak jelas lainnya. Bahkan pembuat video menyelipkan cuplikan film-film dalam setiap videonya. Itukah yang fakta-fakta saintifik?

kiblat.net
Editor: Fajar Shadiq

Bantahan Teori Flat Earth: Matematika Angkasa dalam Narasi (Bag.6-Tamat)

Title: Bantahan Teori Flat Earth: Matematika Angkasa dalam Narasi (Bag.6-Tamat) Published: Fri, 02 Sep 2016 00:51:00 +1300 Categories: Artikel Bebas, Berita, Ilmu & Teknologi, Semuannya, Content:

Bantahan Teori Flat Earth: Matematika Angkasa dalam Narasi (Bag.6-Tamat)

Ini adalah artikel lanjutan | Baca laman sebelumnya
KIBLAT.NET – Teori Flat Earth kembali diperbincangkan oleh publik Indonesia (termasuk aktivis Islamnya) melalui forum-forum di dunia maya. Bahkan, video-video konspirasi bumi datar yang diunggah di Youtube jadi pembicaraan hangat di media sosial.
Tak tanggung-tanggung, pendukung teori Flat Earth menyuguhkan 10 argumen yang kesannya ilmiah untuk meyakinkan orang bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Alih-alih menyajikan eksperimen ilmiah, serial video tersebut malah kebanyakan menyuplik sumber dari google dan potongan adegan film yang mendukung teori konspirasi.
10 teori flat earth
10 argumen pendukung teori flat earth dalam video konspirasi yang diunggah ke Youtube oleh akun flatearth 101.
Untuk mendudukkan masalah ini, Kiblat.net akan menyajikan bantahan ilmiah terhadap teori Flat Earth yang ditulis oleh Muhammad Mahfuzh Huda. Pemuda asal Berau, Kalimantan Timur ini sedang menempuh gelar Master di bidang studi Simulasi Molekular (Kimia) di Okayama University, Jepang. Tulisan ini diambil dari blog pribadi yang dikelola Mahfuzh di alamat mystupidtheory.com dengan seizin dan sepengetahuan yang bersangkutan. Selamat membaca!!

Setelah melucuti teori Flat Earth ini hingga video kelima, aku sudah merasa kalau nggak ada lagi hal-hal yang ‘tricky’ yang harus aku pelajari seperti kenapa satelit tak terlihat padavideo kesatuasal muasal minyak bumi pada video kedua,mitos gravitasi pada video ketigaperhitungan jarak bumi-bulan pada video keempat dan terakhir Azimuthal Equidistance pada video kelima.
Tetapi, narasi video keenam membuat aku agak minder dan ragu untuk lanjut membahas atau enggak, karena di situ dikatakan bahwa: “Mari kita sama-sama buktikan utuk mencari kebenaran, meski kebenaran itu tak sesuai dengan kemauan kita. Pembuktian dengan angka matematika, bukan debat kusir berdasarkan opini dan persepsi.”
Dari situ aku ragu untuk menonton dan membahas video keenama, karena aku mengira pembuat video akan melakukan perhitungan menggunakan angka matematika. Kalau sampai dia menghitung jarak-jarak benda angkasa dengan persepsi bumi datar, maka aku harus belajar lagi perhitungan jarak matahari ke bumi berdasarkan letak venus, dan itu kerjaan banget. Belum lagi aku harus membuktikan manakah dari kedua angka tersebut yang benar. Bisa sakit kepala juga.
Ternyata dalam video di atas, narasi selanjutnya malah berbunyi seperti ini: “Silahkan hitung jarak, kecepatan, diameter bumi, bulan dan matahari, Apakah bisa menghasilkan siklus gerhana matahari 18 tahun 11 hari 8 jam seperti yang ditulis dalam situs NASA?”
Lah? Kok jadi kita yang harus menghitung?
Begini ya kawan-kawan.. Jangankan hitungan begitu, kalau saya bisa menentukan titik terjadinya gerhana aja, ya nggak usah nulis blog lagi saya, tapi sudah bisa masuk NASA atau minimal LAPAN. Tapi, mudah-mudahan tulisan penutup seri Teori Bumi Datar ini nggak akan mengecewakan. Aku akan coba memaparkan kalau satelit yang desainnya rapuh itu sangat bisa melaju dengan kecepatan 28.000 km/jam. Berbanding terbalik dengan apa yang dituturkan dalam video konspirasi itu.
Matematika Level Langit
Buat kalian yang masih belum tahu apa itu Siklus Saros, silahkan buka part 4 tentang Siklus Saros. Aku juga sudah memberikan perhitungan cara perhitungan jarak bulan yang dilakukan oleh Aristarchus dan cara NASA menghitungnya.
Perhitungan diameter, jarak dan kecepatan matahari, bumi dan bulan itu merupakan hal yang terpisah dari Siklus Saros. Siklus gerhana merupakan kombinasi pergerakan bulan, bumi dan matahari yang masing-masingnya memiliki percepatan gravitasi. Artinya, arah dan kecepatan gerak dan gaya dari ketiganya itu berubah di setiap waktu (Prinsip vektor – pelajaran Fisika SMA).
Pendekatan matematis paling memungkinkan untuk kasus ini ialah dengan kalkulus dan relativitas yang telah dikembangkan oleh Newton dan Einstein. Tetapi itupun tidak akan mendapatkan hitungan siklus gerhana bulan. Kenapa? Terlalu kompleks. Begini contohnya:
Kamu melihat ada seorang perempuan naik mobil, kamu tahu massa mobil, kamu tahu kecepatan maksimal mobil, kemudian kamu ditanya berapa hari sekali perempuan itu ke salon? Bisakah kamu menjawabnya? Kamu bahkan nggak tahu kemana arah mobilnya.
32 mil/ 51.5 km
Setelah 9 menit menonton video ini, secara ajaib angka 32 mil/ 51.5 km muncul di layar Youtube. Katanya, itu adalah pembuktian dengan angka matematika. Tapi tanpa ada operasi matematika tambah, kurang, bagi, langsung tau-tau muncul angka 32 mill. Ya sudah lah emang gitu ciri khas pembuat video ini, ilmunya udah tinggi banget.
Kalau benar angka ini dari trigonometri maka untuk menghitung jarak bulan-bumi harus ada tiga titik. Titik pertama bumi, kedua bulan, ketiganya apa?
Okelah kita terima saja angka ajaib 32 mil. Tapi sekarang kalau jarak bulan-bumi ialah 32 mil, aku mau tanya balik, bisa nggak buat menemukan Siklus Saros yang 18 tahun, 11 hari 8 jam?  Atau yang lebih dasar saja, bisa nggak dipakai menghitung diameter bulan? Dengan asumsi kita sepakat kalau bulan itu bulat.
Auguste Piccard
Mudah-mudahan kalian percaya dengan aku, aku sudah cek sendiri nama Auguste Piccard di wikipedia. Dan memang benar Auguste Piccard mengatakan bahwa bumi itu sepertiflat disk. Tapi pasti ada yang aneh karena di video keenam, artikel di wikipedia itu dipotong hingga berukuran besar sekali. Yap. Setelah dicek langsung begini versi lengkapnya:
An article in Popular Science in August 1931 described their journey: “The story of their adventure surpasses fiction. During the ascent, the aluminum ball began to leak. They plugged it desperately with vaseline and cotton waste, stopping the leak. In the first half hour, the balloon shot upward nine miles. Through portholes, the observers saw the earth through copper-colored, then bluish, haze. It seemed a flat disk with upturned edge. At the ten mile level the sky appeared a deep, dark blue. With observations complete, the observers tried to descend, but couldn’t. While their oxygen tanks emptied, they floated aimlessly over Germany, Austria, and Italy. Cool evening air contracted the balloon’s gas and brought them down on a glacier near Ober-Gurgl, Austria, with one hour’s supply of oxygen to spare.”
Untuk memahami informasi selengkapnya silahkan diartikan seluruhnya, tetapi saya hanya akan mengambil point penting pada kalimat yang di beri huruf tebal dan digarisbawahi untuk menyingkat pembahasan saya.
Dalam eksplorasi ini, bola almunium mengalami kebocoran. Mereka menambalnya dengan vaseline dan sampah kapas untuk menghentikan kebocoran. Setelah 1.5 jam, balon alumunium telah melayang setinggi 9 mil. Melalui lubang port, pengamat melihat bumi dengan warna seperti tembaga, kemudian warna kabut kebiru-biruan. Itu seperti flat disk dengan bagian ujung melengkung.
Sekarang perhatikan pada ketinggian berapa pengamatan ini dilakukan? 9 mil. Jika kita konversi ke dalam kilometer, maka 14,5 km. Pesawat komersial, dapat terbang hingga ketinggian 12 km, hanya berbeda 2 km dengan apa yang dicapai oleh Auguste Piccard.
Sekarang, untuk kalian yang sudah pernah terbang dengan pesawat pasti juga melihat bumi seperti flat disk/piringan datar. Apa yang anda lihat dengan apa yang dilihat Auguste Piccard pada 1931 ini tidak akan berbeda jauh. Alasan kenapa dia melihat bentuknya seperti piringan datar ialah karena lokasi pengamatannya kurang tinggi. Bandingkan saja dengan satelit yang berada di LEO, yaitu 160 km. Sepuluh kali lebih jauh dari pengamatan Auguste Piccard.
Di wikipedia, dijelaskan bahwa hingga akhir hidupnya Auguste Piccard berhasil mengamati hingga Stratosfer pada ketinggian 23 km. Tetapi tidak ada catatan tentang apa yang dilihatnya dari sana.
Aku nggak ngurus iklan Hennessy yah. Kita bahas yang sains aja. Tapi sebagai pertimbangan sederhanya, jika yang ada pada iklan itu fakta, bahwa Auguste Piccard mencapai kubah firmament, maka berdasarkan pencapaian Piccard firmament itu sangat rendah, hanya 14,5 km. Kalau dibandingkan dengan pembahasanku sebelumnya, di part5 yaitu peristiwa HANE, maka ledakan HANE yang berada di ketinggian >22km itu seharusnya sudah menembus firmament ini.
Matematika Angkasa Dalam Narasi
Masih ingat bagimana video keenam ini diawali? Ya “angka matematika” kata kuncinya. Sayangnya, hingga menit ke-19, artinya hingga lebih dari setengah video ini ditayangkan tidak ada persamaan matematis ataupun perhitungan matematis yang dilakukan! Bahkan tidak ada perkalian, pembagian dan penjumlahan yang dilakukan. Yang ada malah tampilan iklan Hennessy Brandy (minuman keras).
Itulah yang mendasari aku memberikan judul Matematika Angkasa dalam Narasi. Bahkan pembuat video sempat menampilkan film-film sains fiksi dari yang lawas hingga yang terbaru. Apakah ini yang dimaksud dengan “Pembuktian dengan angka matematika”?
Kalau sebanyak itu koleksi sains fiksi yang ditonton, maka wajar saja kalau beranggapan bumi itu datar. Karena tidak akan ada waktu lagi untuk belajar matematika, fisika, kimia, kalkulus, aljabar linier, vektor, kuantum, termodinamika. Habis waktunya dipakai menonton fiksi. Kemudian ketika tidak mengerti tentang konsep sains, logika dan alam semesta, dituduhlah semua ilmuwan berbohong.
Rotasi Satelit Mengelilingi Bumi
Kemunculan cuplikan-cuplikan film di video keenam ini kukira akan mengakhiri serial konspirasi yang mengecewakan ini. Tetapi ternyata tidak juga. Akhirnya yang aku tunggu-tunggu muncul juga, perhitungan kecepatan satelit berdasarkan hukum gravitasi Newton, gitu katanya.
Walaupun sebenarnya ini cuma kopas rumus dan penjelasannya juga salah. Persamaan yang digunakan ini adalah derivasi persamaan Kepler untuk orbit lingkaran sempurna yang stabil menggunakan hukum gravitasi Newton. Jarak satelit yang tertulis 400kilometer itu salah, yang sebenarnya ialah 640kilometer, saya akan jelaskan tentang logika awal dan asal muasal perhitungan ini pada postingan tambahan berikutnya.
Screen%2BShot%2B2016-07-15%2Bat%2B01.22.
Munculnya gambar perhitungan ini diikuti dengan pertanyaan yang menarik.
“Dimana ada pesawat yang berjalan dengan kecepatan 28.000 km/jam? 23 kali kecepatan suara?”
Tidak ada!
Saya bisa mengerti kalau teman-teman setelah menonton video, maka secara logika akan mengatakan: “Wah.. Benar! Kalau satelit melaju dengan kecepatan itu maka akan hancur, karena desainnya yang tidak aerodinamis. Apalagi kalau melihat pesawat saja harus punya body super kokoh dan aerodinamis untuk bisa melaju secepat 1.900 km/jam.”
Karena saya juga hampir sepakat dengan hal ini. Ini perbandingan yang cukup benar jika saja lingkungannya sama atau hampir sama.
Kenyataanya ialah ada gaya gesek udara!  Jadi semua didalam atmosfer bumi dan di atas permukaan tanah akan mengalami yang namanya gaya gesekan udara. Kecuali yang di dalam air, akan mengalami gaya gesek air. Please percaya yah kalau gaya gesekan itu ada? Biar mudah menjelaskannya :).
Di luar angkasa masih ada gaya gesekan, tetapi angkanya sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya gesekan di udara. Karena itulah bentuk satelit tidak perlu aerodinamis karena gaya gesekannya dengan fluida hampir tidak ada.
Semoga saja teman-teman bisa memahami hal ini. Tetapi kalau memang masih ada pikiran “Dengan bentuk satelit yang nggak aerodinamis itu, nggak mungkin bisa melaju hingga 28.000”. Mari kita buka pikiran dengan studi kasus ini:
Kalau kalian browsing di google tentang “The Slowest Plane” maka yang akan kalian temukan ialah M15- Belphegor.  Jet agrikultur tahun 1973 yang memiliki kecepatan 200km/jam. Strukturnya seperti ini:
PZL_M-15_Belphegor_Szolnok-Szandaszo%25C
Sekarang masih dari google, coba cari “The Fastest Submarine” maka yang akan ditemukan dari wikipedia ialah Soviet K-222. Kapal selam perang tahun 1963 ini memiliki kecepatan 44.7 knot atau 82.8 km/jam. Strukturnya seperti ini:
K-222.jpg
Sekarang  bayangkan kalau kita tinggal di air dan yang kita kenal hanyalah kapal selam. Kita menggunakan kapal selam sebagai alat transportasi utama dan kapal selam tercepat ialah K-222 dengan kecepatan 81 km/jam. Kemudian sekelompok saintis datang dan menunjukkan pesawat M15-Belphegor ke kamu.
Diceritakanlah kalau benda bernama pesawat terbang ini bisa melaju dengan kecepatan 200km/jam di udara. Nah karena kamu nggak pernah tahu udara, maka pasti bingung dan sulit untuk percaya kan? Apalagi melihat bentuk M15-Belphegor yang tirus dan rapuh itu, pasti patah dong sayapnya kalau melaju 200 km/jam, K-222 yang hanya melaju 81 km/jam saja body-nya harus kokoh kayak gitu. Begitu kan berpikirnya?
Oke kembali ke kenyataan. Kenyataannya, tidak ada masalah dengan M15-Belphegor di udara. Bahkan banyak pesawat terbang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari itu. Jadi yang menjadi masalah ialah pikiran kita tidak bisa membayangkan kalau lingkungan yang dihadapi oleh pesawat terbang itu sangat berbeda dengan kapal selam.
Nah, satu-satunya cara untuk kamu menyadari perbedaan lingkungan ini, tanpa survei langsung ialah dengan menggunakan ilmu fisika dan matematika. Sekarang mari kita lihat perbandingan gaya gesekan yang dialami oleh kapal selam dan pesawat terhadap lingkungannya. Jadi kita akan mengesampingkan bentuk, luas permukaan, dan kecepatan dari kapal selam dan pesawat, kita anggap sama saja, karena memang yang akan kita bandingkan ialah lingkungannya, yaitu air dan udara.
Air dan udara merupakan fluida, maka kita menggunakan persamaan gaya gesekan pada fluida.
Gaya%2Bgesekan.gif
fdrag = gaya gesekan
C = koefisien gesek
A = Luas permukaan (pesawat/kapal selam)
v  =  kecepatan
ρ  = Massa jenis fluida (air/udara)
Dari empat faktor yang mempengaruhi gaya gesekan(fdrag), yang merupakan pengaruh lingkungan ialah massa jenis fluida(ρ). Maka langsung saja kita bandingkan massa jenis air dan udara:
ρair : ρudara –> 1 gr/cm3: 0,0012 gr/cm3
Jadi gaya gesekan yang dialami pesawat ialah 1,2 x 10-3 kali dari yang dialami oleh kapal selam. Itulah alasannya kenapa kapal selam K-222 perlu body yang kokoh untuk menahan gaya gesek air pada kecepatan 81 km/jam, sedangkan pesawat M15-Belphegor dengan body yang tidak terlalu kokoh mampu melaju pada kecepatan 200 km/jam. Setiap lingkungan memiliki kebutuhan yang berbeda.
Sekarang bagaimana dengan lingkungan satelite jika kita bandingkan dengan pesawat? Yap! Dengan logika dan persamaan yang sama, bisa kita bandingkan lingkungan udara dan luar angkasa.
ρair : ρangkasa —-> 0.0012 gr/cm3: 2×10-31 gr/cm3
Jadi satelit mengalami gesekan 6 x 10-27 kali dari yang dialami oleh pesawat.  Pangkat negatif ini menunjukkan bahwa nilai gesekan pada satelit sangat kecil, sangat jauh beda dengan apa yang dialami oleh pesawat terbang.
 Kebayang khan sekarang?
Untuk pengisian ulang bahan bakar dan tentang astronot yang memperbaiki satelit itu akan aku bahas sedikit di postingan berikutnya bersamaan dengan perhitungan kecepatan satelit.
satellite-real-earth-planet.jpg

Penutup: Untuk Kalian yang Masih Mau Berpikir Logis
Setelah menonton serial video konspirasi Teori Flat Earth hingga selesai, kalian boleh memilih. Mana yang lebih kalian percaya? Ratusan ribu ilmuwan dan peneliti di negara-negara maju yang telah belajar hingga Ph.D, kemudian menghabiskan puluhan tahun di laboraturium itu berbohong tentang semua eksplorasi sains dan tidak satupun dari mereka memberitahukan kebenarannya? Atau ada sekelompok blogger yang terlalu banyak menonton fiksi kemudian bingung tentang sains dan alam semesta lalu menyalahkan semua ilmuwan? Tamat
kiblat.net
Editor: Fajar Shadiq